MAKALAH MAKIYAH MADANIYAH

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Di dalam Al-Quran terdapat dua terminologi, yaitu fase makkiyah dan fase madaniyah, dimana keduanya memiliki perbedaan kandungan isi. Umumnya Surah-surah yang tertata rapih di dalam Al-quran berkaitan dengan kedua terminologi tersebut. Melalui makalah ini kami akan menganalisis kedua fase tersebut untuk menambah wawasan kita sebagai umat muslim.

Menurut Abul Qasim al-Hasan bin Muhammad bin Habib an-Naisabuuri dalam bukunya at-Tanbih al fadli Ulumil Qur‘an yang di kutip oleh wahyudi ja’far.  bahwa “Diantara ilmu-ilmu yang paling mulia adalah ilmu tentang nuzulul qur‘an
dan daerahnya, urutan turunnya di Mekkah dan di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi hukumnya madani dan sebaliknya, dan tentang yang diturunkan di Juhfah, di Baitul Makdis, Taif, atau Hudaibiyah, di waktu siang, diturunkan secara bersama-sama, atau diturunkan secara sendiri-sendiri, ayat-ayat madaniah dari surah-surah al-Makkiah, ayat-ayat Makkiah dalam surah Madaniah; yang dibawadari Mekkah ke Madinah dan yang dibawa dari Madinah ke Mekkah; yang dibawa dari Madinah ke Abesinia, yang diturunkan secara glo-bal dan yang telah dijelaskan, serta yang diperselisihkan sehingga sebagian orang mengatakan Madani dan sebagian mengatakan Makki. Itu semua ada duapuluh lima macam. Orang yang tidak mengetahui-nya dan tak dapat membeda-bedakannya, ia tidak berhak berbicara tentang Qur‘an”[1]

Sementara itu untuk mengetahui manakah ayat dan surat pada Al-Quran yang tergolong Makkiyah ataupun Madaniyah tidaklah mudah. Diperlukan penyaksian langsung tentang proses pewahyuannya. Maka salah satunya jalan ialah memahami ayat-ayat mana saja yang tergolong Makkiyah atau Madaniyah, kecuali riwayat dari para sahabat Rasul. Karena merekalah yang mengikuti perjalanan hidup Rasulullah Saw. baik di Mekah maupun di Madinah




B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah definisi dari Makkiyah dan Madaniyah?
2.      Bagaimana cara mengetahui suatu ayat atau surat tergolong pada Makkiyah atau Madaniyah?
3.      Apakah ciri-ciri spesifik dari Makkiyah dan Madaniyah?
4.      Apa perbedaan antara Makkiyah dan Madaniyah?
5.      Apakah urgensi pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah?
6.      Bagaimana klasifikasi ayat-ayat dan surat, apakah tergolong Makkiyah atau Madaniyah?
C.    Tujuan Penulisan
1.      Memahami definisi ayat atau surat Makkiyah atau Madaniyah.
2.      Mengetahui cara menggolongkan Makkiyah dan Madaniyah.
3.      Mengetahui ciri-ciri spesifik Makkiyah dan Madaniyah.
4.      Memahami perbedaan antara Makkiyah dan Madaniyah.
5.      Memahami urgensi pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah.
6.      Mengetahui klasifikasi ayat atau surat dalam hubungannya dengan Makkiyah atau Madaniyah.


BAB II
PEMBAHASAN
SURAT AL-MAKKIYAH DAN AL-MADANIYAH
A.    Pengertian  Makkiyah dan Madaniyah
Studi tentang ayat-ayat Makiyyah dan Madaniyah sesungguhnya tidak lebih dari memahami pengelompokan ayat-ayat Al-Quran berdasarkan waktu dan tempat turunnya sebuah ayat atau beberapa ayat Al-Quran. Dalam hubungan ini, para sarjana muslim mendefinisikan terminologi Makkiyah dan Madaniyah. Keempat prespektif itu adalah sebagai berikut:
Menurut teuku muhammad hasbi ali ash- shidiqi “Terjadi perbedaan pendapat dikalangan para ulama dalam memaknai makkiyah dan madaniyah karena terdapat segi-segi dalam memberikan arti, segi tersebut antara lain:

A. Dari segi masa turunnya (tartib zamany). Ada yang berkata: “makky, yang turun sebelum Rasul hijrah ke Madinah walaupun turunnya bukan di kota Makkah. Madany yang turun sesudah hijrah walaupun di Makkah. ”

B. Dari segi tempat turunnya (tahdid makany). Ada yang berkata: “makky, ialah yang turun di Makkah, walaupun sesudah hijrah. Dan madany, ialah yang turun di Madinah. ”

C. Dari segi topik yang dibicarakan (tahwil maudhu-y). Ada yang berkata: “makky, ialah yang menjadi khitbah (ditujukan) kepada penduduk Makkah dan madany ialah yang menjadi khitbah (ditujukan) bagi penduduk Madinah.

D.  Dari segi orang-orang yang dihadapinya (ta’yin syakhsyi) [1]

1.      Prespektif masa turun
Menurut prespektif ini bahwa Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Mekkah, sedangkan Madaniyah ayat-ayat yang turun sesudah Rasulullah hijrah ke Madinah, kendatipun bukan turun di Madinah. Ayat-ayat yang turun setelah peristiwa hijrah disebut Madaniyah walaupun turun di Mekah atau Arafah.[2]
Dengan demikian surat An-Nisa’ [4]:58 termasuk kategori Madaniyah kendatipun diturunkan di Mekah, yaitu pada peristiwa terbukanya kota Mekah (fath Mekah):
* ¨bÎ) ©!$# öNä.ããBù'tƒ br& (#rŠxsè? ÏM»uZ»tBF{$# #n<Î) $ygÎ=÷dr& #sŒÎ)ur OçFôJs3ym tû÷üt/ Ĩ$¨Z9$# br& (#qßJä3øtrB ÉAôyèø9$$Î/ 4 ¨bÎ) ©!$# $­KÏèÏR /ä3ÝàÏètƒ ÿ¾ÏmÎ/ 3 ¨bÎ) ©!$# tb%x. $JèÏÿxœ #ZŽÅÁt/ ÇÎÑÈ  
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya,dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Seusungguhnya Allah adalah maha mendengar lagi maha melihat” (an-Nisa’ [4]: 58).[3]
 Begitu pula, surat Al-Maidah [5]:3 termasuk kategori Madaniyah kendatipun tidak diturunkan pada peristiwa haji wada’.
2.      Prespektif tempat turun
Menurut prespektif ini Makkiyah adalah ayat-ayat yang turun di Mekah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyyah, sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba’, dan Su’la.[4]
Namun terdapat kelemahan dari pendefinisian di atas sebab terdapat ayat-ayat tertentu, yang tidak diturunkan di Mekah dan di Madinah dan sekitarnya. Misalnya surat At-Taubah [9]:42 diturunkan di Tabuk, surat Az-Zukhruf [43]:45 diturunkan di tengah perjalanan antara Mekah dan Madinah. Kedua ayat tersebut, jika melihat definisi kedua, tidak dapat dikategorikan ke dalam makiyyah dan Madaniyah.
3.      Prespektif topik pembicaraannya
Menurut prespektif ini makiyah adalah Surat yang membahas tentang ke esa an Allah, kisah para nabi – nabi terdahulu, sedangkan surat madaniyah adalah surat yang membahas tentang ketentuan hukum, had dan muamalah.[5]

Pendefinisian tersebut dirumuskan berdasarkan asumsi :
a.             Sebagian besar surat Makiyah bertemakan pengokohan tauhid dan aqidah yang benar, khususnya berkaitan dengan tauhid uluhiyah dan penetapan iman kepada Hari Kebangkitan karena kebanyakan yang diajak bicara mengingkari hal itu.

b.              Sedangkan sebagian besar ayat Madaniyah berisi perincian ibadah-ibadah dan mu’amalah karena keadaan manusia waktu itu jiwanya telah kokoh dengan tauhid dan aqidah yang benar, sehingga membutuhkan perincian tentang berbagai ibadah dan mu’amalah.

c.              Dalam ayat Madaniyah banyak disebutkan tentang jihad, hukum-hukumnya dan keadaan orang-orang munafiq karena keadaan yang menuntut demikian dimana pada masa tersebut telah disyari’atkan jihad dan mulai bermunculan orang-orang munafiq. Berbeda dengan isi ayat Makiyah.

4.      Prespektif objek pembicaraan
Menurut prespektif ini makiyyah adalah khitab bagi orang-orang Mekah, sedangkan Madaniyah adalah ayat-ayat yang menjadi khitab bagi orang-orang Madinah.
Pendefinisian di atas dirumuskan berdasarkan asumsi bahwa kebanyakan ayat Al-Quran dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha An-nas” yang menjadi kriteria Makiyyah, dan ungkapan “ya ayyuha Al-ladziina” yang menjadi kriteria Madaniyah. Namun tidak selamanya asumsi ini benar. Misalnya Surat Al-Baqarah [2] termasuk kategori Madaniyah, padahal di dalamnya terdapat salah satu ayat, yaitu ayat 21 dan ayat 168 yang dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha An-nas”. Lagi pula banyak ayat Al-Quran yang tidak dimulai dengan dua ungkapan di atas.[6]
Adapun pendefenisian Makiyyah dan Madaniyah dari prespektif tema pembicaraan akan disiggung lebih rinci dalam uraian karakteristik kedua klasifikasi tersebut.
Sekalipun keempat definisi di atas pada dasarnya merupakan bagian dari pengklasifikasian ayat-ayat Al-Quran. Tetapi untuk menghindari kekeliruan kami sepakat memilih definisi yang pertama. Dengan pengklasifikasian yang teliti berdasarkan tempat dan waktu turunnya ayat, akan diketahui ayat-ayat mana saja yang turun lebih dahulu dan turun kemudian. Selanjutnya akan diketahui kronologi turunnya ayat tertentu.

B.     Cara Mengetahui Makiyyah dan Madaniyah
Dalam menetapkan mana ayat-ayat Al-Quran yang termasuk kategori Makiyyah dan Madaniyah, para sarjana muslim berpegang teguh pada dua pendekatan sebagai berikut:[7]
1.    Pendekatan transmisi
Melalui perangkat ini sarjana muslim merujuk kepada riwayat-riwayat valid yang berasal dari para sahabat, yaitu orang-orang yang besar kemungkinan menyaksikan turunnya wahyu, atau para generasi tabiin yang saling berjumpa dan mendengar langsung dari para sahabat tentang aspek aspek yang berkaitan dengan proses kewahyuan Al-Quran, termasuk di dalamnya adalah informasi kronologis Al-Quran.
Seperti halnya hadis-hadis Nabi telah terekam dalam kodifikasi-kodifikasi kitab hadis, para sarjana muslim pun telah merekam informasi dari para sahabat dan tabiin tentang Makkiyyah dan Madaniyah dalam kitab-kitab tafsir bi Al-matsur, tulisan-tulisan tentang asbab An-Nuzul, pembahasan-pembahasan ilmu Al-Quran, dan jenis-jenis tulisan lainnya.

Dengan demikian prangkat transmisi itu dikaitkan kepada riwayat yang sah dari sahabat-sahabat yang hidup di masa turunnya wahyu itu. Mereka ini menyaksikan sendiri turunnya. Atau dari Tabi’in yang mendapatkannya dari sahabat. Mereka itu mendengar dari sahabat bagaimana cara turunnya, tempat-tempat turunnya dan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada waktu itu.
2.      Pendekatan  analogi (Qiyas)
Ketika melakukan kategorisasi Makkiyyah dan Madaniyah, para sarjana muslim penganut pendekatan analogi bertolak dari ciri-ciri spesifik dari kedua klasifikasi itu. Dengan demikian,  bila dalam surat Makkiyyah terdapat sebuah ayat yang memiliki ciri-ciri khusus Madaniyah, ayat ini termasuk kategori Madaniyah. Tentu saja, para ulama telah menetapkan tema-tema sentral yang ditetapkan pula sebagai ciri-ciri khusus bagi kedua klasifikasi itu. Misalnya mereka menetapkan tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu sebagai ciri khusus Makkiyyah; tema faraid dan ketentuan had sebagai ciri khusus Madaniyah.
Dari uraian di atas kami menilai bahwa yang lebih mendapat perhatian ialah apa-apa yang terdapat (isi atau pembahasan) pada Al-Makkiy dan Al-Madaniy.

C.     Ciri-ciri Spesifik Makiyyah dan Madaniyah
Para ulama berusaha merumuskan ciri-ciri spesifik Makkiyyah dan Madaniyah dalam menguraikan kronologis Al-Quran. Mereka mengajukan dua titik tekan dalam usahanya itu, yaitu titik tekan analogi dan titik tekan tematis. Dari titik tekan pertama diformulasikan ciri-ciri khusus Makkiyyah dan Madaniyah sebagai berikut:[8]
1.      Makkiyyah
a)      Di dalamnya terdapat ayat sajdah.
b)      Ayat-ayatnya dimulai dengan kata “kalla”. Lafal ini hanya terdapat pada separuh terakhir dari Al-Quran yang disebutkan 33 kali pada 15 surat.
c)      Dimulai dengan ungkapan “ya ayyuha an-nas” dan tidak ada ayat yang dimulai dengan uangkapan “ya ayyhal Al-ladzina” kecuali dalam surat Al-Hajj [22], karena dipunghujung surat terdapat sebuah ayat yang dimulai dengan ungkapan “ya ayyhal Al-ladzina”.
d)     Ayat-ayatnya mengandung tema kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu.
e)      Ayat-ayatnya berbicara tentangkisah Nabi Adam dan Iblis, kecuali surat Al-Baqarah [2]; dan
f)       Ayat-ayatnya dimulai dengan huruf-huruf terpotong-potong (huruf at-tahajji) seperti Alif lam mim, Alif Lam Ra, Ha Mim dan sebagainya, kecuali surat Al-Baqarah dan Ali ‘imran [3]. Sedang surat Ra’d masih dipersilihkan.
2.      Madaniyah
a)      Mengandung ketentuan-ketentuan faraid dan had (sanksi)
b)      Mengandung sindiran-sindiran terhadap kaum munafik, kecuali surat Al-Ankabut [29]; dan
c)      Mengandung uraian tentang perdebatan dengan Ahli Kitabin.
Sedangkan berdasarkan titik tekan tematis, para ulama merumuskan ciri-ciri spesifik Makkiyyah dan Madaniyah sebagai berikut
1.      Makkiyah
a)      Menjelaskan ajakan monotheisme, ibadah kepada Allah semata, penetapan risalah kenabian, penetapan hari kebangkitan dan pembalasan, uraian tentang kiamat dan perihalnya, neraka dan siksanya, surga dan kenikmatannya, dan mendebat kelompok musyrikin dengan argumen-argumen rasional.
b)      Menetapkan fondasi-fondasi umum sebagai pembentukan hukum syara’ dan keutamaan-keutamaan akhlak yang harus dimiki anggota masyarakat. Juga berisikan celaan-celaan terhadap kriminalitas-kriminalitas yang dilakukan kelompok musyrikin, mengonsumsi harta anak secara zalim serta uraian tentang hak-hak.
c)      Menyebutkan kisah-kisah para Nabi dan umat-umat terdahulu sebagai pelajaran bagi mereka sehingga mengetahui nasib orang yang mendustakan sebelum mereka; dan sebagai hiburan buat Rasulullah sehingga ia tabah dalam menghadapi gangguan mereka dan yakin akan menang.
d)     Suku katanya pendek-pendek disertai kata-kata yang mengesankan sekali, pernyataannya singkat, ditelinga terasa menembus dan terdengar sangat keras, menggetarkan hati dan maknanya menyakinkan dengan diperkuat lafal-lafal sumpah, seperti yang surat-surat pendek, dan perkecualiannya hanya sedikit.
e)      Semua surat yang isinya memberi penekanan pada masalah akidah adalah Makkiyah.[9]
2.      Madaniyah
a)      Menjelaskan permasalahan had, hudud, bangunan rumah tangga, warisan, keutamaan jihad, kehidupan sosial, ibadah muamalah, aturan-aturan pemerintah menangani perdamaian dan peperangan, serta persoalan-persoalan pembentukan hukum syara’.
b)      Seruan terhadap ahli kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani, dan ajakan kepada mereka untuk masuk Islam. Penjelasan mengenai mereka terhadap kitab-kitab Allah, permusuhan mereka terhadap kebenaran dan perselisihan mereka setelah ilmu datang kepada mereka karena rasa dengki di antara sesama mereka.
c)      Menyingkap perilaku orang-orang munafik, menganilis kejiwaannya, membuka kedoknya dan menjelaskan bahwa ia berbahaya bagi agama.
d)     Suku kata dan ayatnya panjang-panjang dan dengan gaya bahsa yang memantapkan syariat dan menjelaskan tujuan dan sasarannya.[10]
Ciri-ciri spesifik yang dimiliki Madaniyah, baik dilihat dari presfektif analogi ataupun tematis, memperlihatkan langkah-langkah yang ditempuh Islam dalam mensyariatkan peraturan-peraturannya, yaitu dengan cara periodik.
Laporan-laporan sejarah telah membuktikan adanya sistem sosio-kultural yang berbeda antara Mekah dan Madinah. Mekah dihuni komunitas atheis yang keras kepala dengan aksinya yang selalu menghalangi dakwah Nabi dan para sahabatnya, sedangkan di Madinah setelah Nabi hijrah kesana terdapat tiga komunitas. Komunitas muslim yang terdiri dari kelompok Muhajirin dan Anshar, komunitas munafik, dan komunitas Yahudi. Al-Quran menyadari benar sosio-kultural antara kedua tempat itu. Oleh karena itu, alur pembicaraan ayat yang diturunkan bagi penghuni Mekah sangat berbeda dengan alur yang diturunkan bagi penduduk Madinah.
D.    Urgensi Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah
1.      Membantu dalam menafsirkan Al-Quran
Dengan mengetahui tempat-tempat turun ayat dapat membantu untuk memahami ayat dan menafsirkannya. Jika ada pelajaran yang dapat diambil daripadanya itu berbentuk lafaz umum bukan dengan menentukan sebab. Orang yang menafsirkannya itu sanggup memberikan penjelasan ketika terjadi pertentangan makna ketika pada dua ayat, supaya berbeda antra nasikh dan mansukh. Jika yang belakangan itu nasikh supaya ditempatkan di depan.[11]
2.      Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
Setiap kondisi tentu saja memerlukan ungkapan-ungkapan yang relevan. Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda yang digunakan ayat-ayat Makiyyah dan ayat-ayat Madaniyah memberikan informasi metodologi bagi cara-cara menyampaikan dakwah agar relevan dengan orang yang diserunya.[12] Oleh karena itu dakwah Islam berhasil mengetuk hati dan menyembuhkan segala penyakit rohani orang-orang yang diserunya. Disamping itu, setiap langkah-langkah dakwah memiliki objek kajian dan metode-metode tertentu, seiring dengan perpedaan kondisi sosio-kultural manusia. Periodesasi Makkiyah dan Madaniyah telah memberikan contoh untuk itu.
3.      Memberikan informasi tentang Sirah Kenabian
Penahapan turunnya wahyu seiring dengan perjalanan dakwah Nabi, baik di Mekah dan Madinah, dimulai sejak diturunkannya wahyu pertama sampai diturunkannya wahyu terakhir.[13] 
Dengan demikian Al-Quran adalah pedoman bagi perjalanan dakwah Nabi yang informasinya tidak diragukan lagi.
E.     Klasifikasi Ayat-ayat dan Surat-surat Al-Quran
1.      Surat-surat al-makky:[14]
Al-Fatehah, Al-An’aam, Al-A’raaf, Yunus,Huud,Yusuf, Ibrahim, Al-Hijr, An-Nahl, Al-Isroo’, Al-Kahfi, Maryam, Thaha, Al-Anbiya’, Al-Mu’minuun, Al-Furqaan, Asy-Syu’aro’, An-Naml, Al-Qashash, Al-Ankabuut, Ar-Ruum, Luqman, As-Sajdah, Sabaa, Al-Faathir, Yaasiin, Ash-Shaffaat, Shaad, Az-Zumar, Ghaafir, Fushshilat, Asy-Syuuroo, Az-Zukhruf, Ad-Dukhoon, Al-Jaatsiyah, Al-Ahqaaf, Qaaf, Adz-Dzaariyaat, Ath-Thuur, An-Najm, Al-Qamar, Al-Waaqi’ah, Al-Mulk, Al-Qalam, Al-Haaqqah, Al-Ma’aarij, Nuuh, Al-Jin, Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir, Al-Qiyaamah, Al-Muraasalaat, An-Naba’, An-Naazi’aat ,Abasa,At-Takwiir, Al-Infithaar, Al-Muthaffifiin, Al-Insyiqaaq,Al-Buruuj, Ath-Thaariq, Al-A’laa, Al-Ghaasyiyah, Al-Fajr,Al-Balad, Asy-Syams, Al-Lail, Adh-Dhuhaa, Al-’Ashr, At-Tiyn,Al-’Alaq, Al-Qadr, Al-’Aadiyaat, Al-Qaari’ah, At-Takatsur, Al-Ashr,Al-Humazah, Al-Fiyl, Quraisy, Al-Maa’uun, Al-Kautsar, Al-Kaafiruun,Al-Masad, Al-Ikhlaash, Al-Falaq, An-Naas.
2.      Surat-surat al-madaniy:[15]
Al-Baqarah,Ali Imran,An-Nisaa’,Al-Maa`idah,Al-Anfaal,At-Taubah, Ar-Ra’d, Al-Hajj, An-Nuur,Al-Ahzaab, Muhammad, Al-Fat-h, Al-Hujuroot, Ar-Rahman, Al-Hadiid, Al-Mujaadalah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Ash-Shaf, Al-Jumu’ah, Al-Munaafiquun, At-Taghaabun, Ath-Thalaaq, At-Tahriim, Al-Insaan, Al-Bayyinah, Al-Zalzalah, An-Nashr.
3.      Ayat-ayat Makkiyah dalam Surah Madaniyah
Dari sekian contoh-contoh dalam surat Madaniyah, ialah surat al-Anfal adalahMadaniyah, tetapi banyak ulama mengecualikan ayat :

øŒÎ)ur ãä3ôJtƒ y7Î/ z`ƒÏ%©!$# (#rãxÿx. x8qçGÎ6ø[ãŠÏ9 ÷rr& x8qè=çGø)tƒ ÷rr& x8qã_̍øƒä 4 tbrãä3ôJtƒur ãä3ôJtƒur ª!$# ( ª!$#ur çŽöyz tûï̍Å6»yJø9$# ÇÌÉÈ  
“Dan (ingatlah) ketika orang kafir (quraisy) membuat maker terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau mengusirmu. Mereka membuat maker, tetapi Allah mengagalkan makar mereka. Dan Allah sebaik-baik pembalas makar”. (al-Anfal :30)[16]
Mengenai ayat ini Muqatil mengatakan ”Ayat ini diturunkan di Mekah, zahirnya menunjukan demikian sebab ia mengandung makna apa yang dilakukan oleh orang-orang musrik di ”Darun Nadwah ketika mereka merencanakan makar tehadap Rasulullah sebelum Hijrah.

4.      Ayat-ayat Madaniyah dalam surah Makkiyah
Di dalam Surah al-Hajj adalah Makkiyah. Tetapi ada tiga ayat yang madaniyah, yaitu ayat 19-21.[17]
* Èb#x»yd Èb$yJóÁyz (#qßJ|ÁtG÷z$# Îû öNÍkÍh5u ( tûïÏ%©!$$sù (#rãxÿŸ2 ôMyèÏeÜè% öNçlm; Ò>$uŠÏO `ÏiB 9$¯R =|Áム`ÏB É-öqsù ãNÍkŝrâäâ ãNÏJptø:$# ÇÊÒÈ   ãygóÁム¾ÏmÎ/ $tB Îû öNÍkÍXqäÜç/ ߊqè=ègø:$#ur ÇËÉÈ  
5.      Madaniyah mirip Makkiyah
Yang dimaksund oleh para ulama di sini ialah ayat-ayat yang terdapat dalam surat Madaniyah tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri-ciri umum seperti surat Makkiyah. Contohnya di dalam firman Allah dalm surah Al-Anfal yang madaniyah:
”Dan (ingatlah) ketika mereka golongan musrik-berkata, ”Ya Allah, Jika benar Al-Quran ini dari Engkau, Hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (Al-Anfal:32)[18]
Hal ini dikarenakan permintaan kaum musrikin untuk disegerakan azab adalah di Mekah.
6.      Makkiyah mirip Madaniyah
Yang dimaksud oleh apara ulama, ialah kebalikan dari yang sebelumnya. Mereka memberi contoh dengan firman Allah dalam surah An-Najm:
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى
“Yaitu mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji selain kesalahan-kesalahan kecil”. (an-Najm :32)[19]
Menurut As-Suthi, perbuatan keji ialah setiap dosa yang ada sangsinya. Dosa-dosa besar ialah setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan kesalahan-kesalahan kecil ialah apa yang terdapat diantara kedua batas dosa-dosa di atas. Sementara itu di Mekah belum ada sangsi yang serupa dengannya.
7.      Ayat yang turun di Mekah dan hukumnya Madaniyah
a)    Ayat 13 surat Al-Hujurat
Ayat tersebut turun pada waktu fathu Mekah. Ayat ini dinyatakan ayat Madaniyah karena turun sesudah hijrah.
b)   Ayat 3 sampai dengan 5 surat Al-Maidah.
Ayat tersebut turun pada hari jumat. Kala itu umat Islam tengah berwukuf di Padang Arafah dalam peristiwa Haji Wada’. Haji ini dilaksanakan Rasulullah saw. setelah beliau berhijrah. Maka ketiga ayat di atas diklasifikasikan sebagai ayat Madaniyah kendati turun di Arafah, dan seperti diketahui Arafah adalah kawasan di sekitar Mekah.
8.      Ayat-ayat yang turun di Madinah, hukumnya Makkiyah
a)    Al-Mumtahanah
Surat ini turun ketika Rasulullah hendak berangkat menuju Mekah menjelang Futuh Mekah. Ini artinya terjadi setelah hijrah. Kisahnya demikian: mengetahui Rasulullah hendak berangkat ke Mekah, seseorang bernama Hattab bin Abi Balta’ah menulis surat untuk disampaikan kepada orang Quraisy di Mekah. Isinya menginformasikan rencana Rasulullah dan kaum muslimin yang akan berangkat ke kota yang disebut paling terakhir.
Entah mengapa Al-Zarkasyi mengklasifikasikan ayat ini sebagai Makkiyah.[20] Ia tak menjelaskan alasannya. Ada kemungkingan penulis kitab Al-Burhan fi ‘Ulum Al-Quranini sepakat dengan pendapat yang mengatakan ayat Makkiyah adalah ayat-ayat yangkhithab-nya ditujukan kepada penduduk Mekah.
b)      Ayat 41 surat An-Nahl
c)      Mulai awal surat At-taubah (bara’ah) sampai dengan ayat 28. Ayat-ayat ini sesungguhnya Madaniyah, tetapi Khitab-nya ditujukan kepada penduduk Mekah.

BAB III
KESIMPULAN
A.    KESIMPULAN
1.      Dalam memaknai makkiyah dan madaniyah terjadi perbedaan pendapat di kalangan para ulama hal ini terjadi karena adanya perbedaan dalam memberikan penafsiran atas ayat-ayat Al-Qur’an.

2.      Meskipun terjadi perbedaan dalam memberi makna makkiyah dan madaniyah akan tetapi para ulama mampu memberikan kekhususan-kekhususan yang menjadi ciri ayat makkiyah dan madaniyah untuk membedakan keduanya.

3.      Diantara ciri yang paling tampak dari ayat makkiyah adalah ayat-ayatnya banyak berisi tentang ajakan kepada tauhid dan beribadah hanya kepada Allah, pembuktian mengenai risalah, kebangkitan dan hari pembalasan, hari kiamat dan keadaannya yang menakutkan, neraka dan siksaannya, surga dan nikmatnya, argumentasi terhadap orang musyrik dengan menggunakan bukti-bukti rasional dan ayatayat kauniah, disamping itu ayat dan suratnya pendek-pendek.

4.      Berbeda dengan ayat makkiyah, ciri yang paling tampak dari ayat madaniyah ialah mulai ditetapkannya ketentuan dan hukum-hukum Islam karena pada saat itu bangunan Islam telah kokoh sehingga umat Islam akan lebih mudah menerima apa yang datang dari Islam, dan ayat serta suratnya lebih panjang disbanding dengan ayat makkiyah.

B.         SARAN
Demikianlah dalam hal ini penulis akhiri makalah ini tak lupa mohon maaf kepada semua pihak, kritik dan saran penulis harapkan demi perbaikan penulisan makalah ini selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Wahyudi ja’far.2012. Ayat – Ayat Makiyah dan madaniyah dalam Al-Qur’an “jurnal studi Agama dan budaya “Manarul Qur’an Nomor: 09 Tahun VII, Januari – Maret 2012 ISSN: 1412-7075, wonosobo, : P3M UNSIQ (Universitas Sains Al – Qur’an).http://www.googlecendikia.com

Anwar, Rosihon. 2006.Ulumul Quran. Bandung: Pustaka Setia.
Anwar, Rosihon. 2010.Ulum Al-Quran. Bandung: Pustaka Setia.
Khalil al-Qhattan, Manna.1998. Pembahasan Ilmu Al-Quran. Jakarta: Rineka Cipta.
Khalil al-Qattan, Manna.2001.Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Jakarta: PT Mitra Kerjaya
Indonesia.
Marzuki, Kamaluddin.1994. ‘Ulum Al-Quran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Ash-Shiddieqy, Teuku Muhammad Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Ilmu-Ilmu Pokok Dalam Menafsirkan Al-Qur’an). Semarang: Pt Pustaka Rizki Putra. 2002.
Az-Zarkasyi; Al-Burhan Fi ‘Ulumil Qur‘an, ditahqiq Muhammad Abu
Fadl Ibrahim, Juz I, (Kairo, dar. At-Turast, tnp. thn)


[1] Wahyudi ja’far. Ayat – Ayat Makiyah dan madaniyah dalam Al-Qur’an “jurnal studi Agama dan budaya “Manarul Qur’an Nomor: 09 Tahun VII, Januari – Maret 2012 ISSN: 1412-7075, (wonosobo, : P3M UNSIQ (Universitas Sains Al – Qur’an).2012).http://www.googlecendikia.com
[1] .Ash-Shiddieqy, Teuku Muhammad Hasbi. Ilmu-Ilmu Al-Qur’an (Ilmu-Ilmu Pokok Dalam Menafsirkan Al-Qur’an). (Semarang: Pt Pustaka Rizki Putra. 2002)

[2] Anwar, Rosihon..Ulumul Quran.( Bandung: Pustaka Setia, 2006)
[3] Ahmad Hatta, “Tafsir Qur’an Perkata Di lengkapi Asbabunnuzul dan terjemah.” Jakarta ; Maghfiroh Pustaka, 2008
[4] Anwar, Roshihon. Loc Cit
[5] Marzuki, Kamaluddin.. ‘Ulum Al-Quran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1994
[6] Anwar, Rosihon..Ulum Al-Quran. (Bandung: Pustaka Setia. 2010).

[7] Khalil al-Qhattan, Manna.. Pembahasan Ilmu Al-Quran. (Jakarta: Rineka Cipta. 1998).

[8] Khalil al-Qattan, Manna.Studi Ilmu-ilmu Qur’an. (Jakarta: PT Mitra Kerjaya
Indonesia. .2001)

[9] Khalil al-Qhattan, Manna.. Pembahasan Ilmu Al-Quran. Loc . cit.
[10] Ar-Rumi, Fahd Bin Abdurrahman. Ulumul Qur’an (Studi Kompleksitas Al¬Qur’an). Terj.Amirul Hasan Dan Muhammad Halabi. Cet. I Yogyakarta: Titian Ilahi. 1996.


[11] Marzuki ,kamaludin, “Ulum Al Qur’an. Loc. cit
[12] Khalil al-Qattan, Manna.Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Loc .cit
[13] Anwar Roshihon. Ulum Al – Qur’an. 2010. Lo.cit
[14] Anwar Roshihon. Ulum Al – Qu’an . 2006. Loc .Cit
[15] Ma‘rifat, M. Hadi, Sejarah Al-Qur‘an, ter. dari Tarikh Al-Qur‘an oleh Thoha Musawa, (Jakarta, Al-Huda, cet. I, 2007)
[16] Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an perkata di lengkapi Asbabun nuzul dan terjemah. Loc.Cit.
[17] Khalil al-Qattan, Manna.Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Loc .cit

[18] Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an perkata di lengkapi Asbabun nuzul dan terjemah. Loc.Cit.
[19] Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an perkata di lengkapi Asbabun nuzul dan terjemah. Loc.Cit.
[20] Az-Zarkasyi; Al-Burhan Fi ‘Ulumil Qur‘an, ditahqiq Muhammad Abu Fadl Ibrahim, Juz I, (Kairo, dar. At-Turast, tnp. thn)




Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.